penderita stroke, orang dewasa, berpuasa, bulan ramadhan, stres

Pasien Pasca Stroke, Bolehkah Berpuasa?

Stroke adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara cepat dan dapat menimbulkan kematian. Stroke merupakan suatu masalah kesehatan global di dunia, karena penyebab utama kecacatan pada orang dewasa di dunia diakibatkan oleh stroke. serta stroke merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia setelah penyakit jantung3.

Di Indonesia prevalensi stroke mengalami peningkatan yang signifikan, dimana prevalensi tertinggi berada pada kelompok >75 tahun yaitu sekitar (50,2‰), diikuti dengan kelompok 65-74 tahun sekitar (45,3‰) dan kejadian stroke pada kelompok 15-26 tahun hanya berkisar (0,6‰), Selain itu jika di kategorikan berdasarkan jenis kelamin prevalensi stroke pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, dengan presentase pada laki-laki (11‰) dan perempuan (10,9‰)1.

Dengan data tersebut stroke masih mejadi masaalah kesehatan di Indonesia. Dimana selain serangan stroke yang dapat menyebabkan kematian, gejala post stroke juga menjadi sebuah masalah kesehatan. Setelah serangan stroke, mungkin akan terjadi beberapa perubahan fungso ataupun sisa gejala. Keterbatasan gerak, nyeri pasca stroke, gangguan bicara dan menelan, kelelahan berkepanjangan, penurunan daya ingat, bahkan perubahan mood dan sikap bisa terjadi.

Dan pada artikel ini, dalam menyambut bulan suci ramadhan dimana seluruh umat muslim di dunia menjalakan ibadah puasa, akan membahas pengaruh berpuasa bagi pasien pasca stroke.

Perlu diketahui ternyata puasa dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Salah satunya bagi kesehatan saraf. Puasa menginduksi perubahan dari banyak mekanisme metabolisme yang dapat mempengaruhi neuron. Secara keseluruhan, perubahan ini menghasilkan keadaan metabolisme tubuh yang dapat mengoptimalkan bioenergi neuron, plastisitas neuron (kemampuan saraf ber-reorganisasi untuk memaksimalkan fungsinya), ketahanan terhadap stres, dan berdampak pada kemampuan kognitif yang dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan2.

Setelah kita menjalani 12-36 jam puasa, tubuh manusia memasuki keadaan fisiologis ketosis yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang rendah, penyimpanan glikogen hati yang terpakai untuk sumber energi alternatif, produksi badan keton di hati yang berasal dari lemak, yang ternyata keton berfungsi sebagai sumber energi  untuk otak. Dalam beberapa hari setelah memulai puasa, keton menjadi sumber bahan bakar pilihan otak, menyediakan hingga 70% kebutuhan energinya. Keton adalah sumber energi per unit oksigen yang lebih efisien di otot dan di otak, yang dapat meningkatkan bioenergi neuronal dan kinerja kognitif2.

Pada pasien pasca stroke, puasa dapat meringankan gangguan di otak akibat penyumbatan pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi melalui mekanisme bertambah baiknya metabolisme glukosa dan mekanisme penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa. Jumlah sel-sel otak yang mengalami gangguan akan semakin berkurang karena mengalami perbaikan akibat perubahan metabolisme dalam tubuh, sehingga kecacatan akibat stroke diharapkan akan semakin membaik serta mencegah risiko stroke berulang. Bagi penderita penyakit saraf yang akan melaksanakan ibadah puasa, ada baiknya berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis saraf. Pada kondisi tertentu dokter akan memberi tambahan suplemen untuk mencegah kekurangan mikronutrien dan mineral selama berpuasa untuk menghindari dehidrasi dan kelelahan selama menjalani puasa

Leave a Reply

Your email address will not be published.